Gemabangsa.id, Bungo - Meski hidup dengan serba keterbatasan, namun keluarga ibu Ramai Sitoh (65) yang tinggal di dusun Sekar Mengkuang, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang, Kabupaten Bungo, kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Dengan usianya yang tidak muda lagi, ibu Ramai Sitoh harus membiayai kehidupan bagi beberapa orang anaknya. Saat ini ia tinggal bersama dengan 4 orang anaknya. Sedangkan 1 anaknya yang lain telah tinggal bersama suaminya.
Tiga dari empat anaknya yang tinggal di rumah eks transmigrasi tahun 1992 itu dalam kondisi kurang sehat karena berstatus tunawicara atau bisu.
Rumah yang ditempatinya pun sangat sederhana. Bangunan rumah yang terbuat dari kayu papan dengan 1 kamar tidur itu juga kondisinya sudah banyak yang lapuk karena termakan usia. Demikian juga di bagian atapnya terlihat cukup memprihatinkan, jika hujan turun sering bocor.
Ketika dijumpai beberapa awak media di kediamannya, ibu Ramai Sitoh menceritakan sedikit kisah hidupnya yang cukup berliku. "Kami menempati rumah ini sejak tahun 1992. Pas mulai buka transmigrasi dulu," buka ibu Ramai Sitoh, Minggu (9/1/2022).
"Kondisi kayunyo sudah banyak yang lapuk dan bolong-bolong. Kalau hujan kadang atapnyo jugo bocor. Dinding dan atap semuanya belum ado yang berubah, masih bawaan program transmigrasi dululah," sambung ibu Ramai.
Ibu Ramai Sitoh juga telah menjadi tulang punggung keluarga sejak sekitar 18 tahun lalu setelah suaminya meninggal dunia. Berbagai pekerjaan serabutan terpaksa ia lakukan demi mencukupi kebutuhan ia dan anak-anak di rumah.
Dengan tiga dari empat orang anaknya yang tinggal serumah dalam kondisi kurang beruntung seperti kebanyakan orang, ibu Ramai pun tidak mampu berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya dalam hal ekonomi.
Puluhan batang pohon sawit di tanah sisa bangunan rumah yang diberikan pemerintah dari program transmigrasi seluas 1/4 hektar menjadi sumber penghasilan utama bagi keluarga ibu Ramai Sitoh.
"Dari situlah sumber perekonomian kami. Hasilnyo yo secukupnyo untuk kebutuhan sehari-hari. Tigo orang anak kondisinyo kurang sehat. Yang sehat seperti kito ni yang paling bungsu, namanya Muhammad Al Badar, sudah tamat pesantren, kini nganggur kareno belum dapat pekerjaan," papar Ramai Sitoh.
Dengan kondisi keluarganya yang serba keterbatasan, ibu Ramai Sitoh sangat berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah dan orang dermawan yang ikhlas menyisihkan sedikit rezekinya. "Kalau ada bantuan tolong tengok jugo kami pak," tandasnya.(GB)